Bermilyar-milyar tahun yang lalu, Matahari telah menyinari Bumi kita. Benda angkasa yang merupakan pusat Tata Surya kita ini sudah memberi manfaat yang tidak ternilai harganya. Salah dua manfaat terbesarnya ialah, sebagai penerang Bumi dan sumber energi.


Apakah Matahari itu?

Menurut Ensiklopedia Indonesia dan Wikipedia Indonesia, Matahari ialah benda angkasa  yang merupakan titik pusat tata surya. Berupa bola berisi gas, dan berjarak rata-rata 149, 6 juta kilometer, atau dengan kata lain "1 satuan astronomi." Jadi, jika ada suatu planet berjarak satu astronomi dari satu planet yang lain, maka planet tersebut dengan planet yang lain berjarak setara dengan jarak Matahari dan Bumi.


Matahari rupanya tidak berbentuk bulat penuh. Karena memiliki rotasi, maka Matahari memiliki khatulistiwa dan kutub.


Matahari adalah pusat Tata Surya (Solar System). Mengapa bisa menjadi pusat Tata Surya? Karena semua anggota Tata Surya terikat dengan gravitasinya.


Anggota Tata Surya antara lain delapan buah planet yang sudah diketahui dengan orbit berbentuk elips, lima planet katai, seratus tujuh puluh tiga satelit alami yang telah teridentifikasi, dan jutaan benda langit lainnya. Selain sebagai pusat Tata Surya, Matahari juga merupakan sumber tenaga di lingkungan Tata Surya.


Bagian Matahari.


  • Lapisan Terluar (Korona). Korona yang bisa juga berarti "mahkota" adalah bagian terluar dari Matahari. Tidak bisa dilihat dengan mata telanjang kecuali pada saat gerhana Matahari total, atau dengan bantuan teleskop presisi.




    Tentang Korona


Korona mempunyai tiga sumber cahaya utama yang disebut dengan nama berbeda meskipun dalam satu ruang volume yang sama.


  1. K-Corona (Kontinuierlich-Bahasa Jerman yang berarti kontinyu), tercipta oleh penghamburan sinar Matahari dari elekton bebas. Memberikan penampilan spektral sebuah kelanjutan (kontinyu) tanpa garis penyerapan.
  2. F-Corona (Fraunhofer), tercipta dari sinar Matahari yang terpantul oleh debu, dan dapat diamati karena mengandung garis-garis penyerapan Fraunhofer. F-Corona meluas ke sudut elongasi yang sangat tinggi dari Matahari sehingga disebut "Cahaya Zodiak".
  3. E-Corona (Emisi), tercipta karena garis-garis spektral emisi dihasilkan oleh ion yang ada dalam plasma coronal. 


  • Kromosfer, adalah lapisan tipis yang terletak diatas Fotosfer dan berkedalaman 2000 km. Sama seperti Korona, sangat sulit melihatnya dengan mata telanjang. Hanya bisa dilihat pada saat Gerhana Matahari Total.


Tentang Kromosfer


Kromosfer lebih tipis daripada Fotosfer. Nama Kromosfer didasari fakta yang menunjukkan bahwa Kromosfer memiliki warna kemerahan. Sebagaimana yang ter-visualisasi dari Kromosfer, warna merah Kromosfer didominasi oleh garis spektra H-Alpha dari Hidrogen. Nah, apakah H-Alpha itu?


H-Alpha adalah garis spektral merah yang mampu dilihat dan tercipta oleh Hidrogen yang memiliki gelombang 6562.8 Angstrom. Pada panjang gelombang tersebut akan menghasilkan warna merah pada garis spektrum. Sehingga sangat memudahkan para astronom untuk menelusuri isi dari Hidrogen yang terionisasi pada gas awan.


Empat garis emisi Hidrogen pada seri Balmer. Yang pojok merah adalah H-alpha




Matahari yang dilihat dengan menggunakan teleskop yang sidah dilengkapi H-alpha

Bima Sakti (Milky Way) yang dilihat  dari H-Alpha Sky Survey




  • Fotosfer, adalah lapisan Matahari yang selalu kita lihat sehari-hari. Cahayanya yang terang, membuat kita tidak mampu untuk melihat Korona dari Matahari. Disekitar Fotosfer, ada gas merah yang disebut Kromosfer. Fotosfer yang juga berarti bola cahaya, memiliki temperatur antara 4500-6000 kelvins. 

  • Prominensa (Protuberansa, Protuberans). Adalah   bagian Matahari yang sangat besar, terkadang mencuat dan berbentung loop (lingkaran). Menurut Ensiklopedia Indonesia, panjangnya mampu mencapai ratusan ribu kilometer dan tebal hingga 10.000 ribu kilometer. Dan menurut Wikipedia Indonesia, pada tahun 1997, pernah ditemukan hasil observasi Prominensa dengan panjang 350.000 kilometer (setara 28 kali diameter Bumi).

Karena Matahari terus bersinar, maka ia haruslah menukar hidrogen dengan helium melalui reaksi fusi pada kadar 600 juta ton. Dengan begitu, Matahari dapat bersinar sekalipun di hampa udara. 


Nah, jika kita membicarakan mengenai Matahari, berarti kita sama halnya membicarakan bintang. Jika membicarakan bintang, berarti ada kaitannya dengan Blackhole atau Lubang Hitam. Lantas, apakah Matahari akan menjadi Blackhole?


Matahari tidak akan menjadi Blackhole, dikarenakan kekuatan gravitasinya tidak akan mampu untuk melebihi kekuatan reaksi nuklir dan atomnya. Hanya obyek yang bermassa besarlah yang gravitasinya akan melampaui reaksi nuklir dan atom. Disebutkan pula, semisal Matahari menjadi lubang hitam, Bumi kita tidak akan terhisap, melainkan tetap berevolusi terhadap Lubang Hitam tersebut - dikarenakan jaraknya yang jauh dari Lubang Hitam yang semula adalah Matahari, yaitu 93 mil. 


Ensiklopedia Indonesia juga menjelaskan pertumbuhan Matahari sebagai berikut :
"Untuk mengubah 4 atom zat air menjadi 1 atom Helium, diperoleh energi sebesar 4 X 10 pangkat minus 12 joule. Sebagai akibat dari reaksi tersebut, dalam beberapa milyar tahun, Matahari akan menjadi bintang merah maha besar."


Jika kita mampu hidup sekitar satu tirlyun tahun lagi, mungkin kita akan bisa melihat Matahari kita telah tumbuh menjadi semakin dewasa.


Sumber: wikipedia Matahari, wikipedia Lubang Hitam, wikipedia Sun, Ensiklopedia Indonesia

    0 comments:

    Post a Comment

     
    Top