Teknologi kloning pada hewan akan membawa kembali Mammoth berbulu lebat yang telah punah. Mammuthus Primigenius, nama latin bagi nenek moyang gajah ini akan mewujudkan impian sekuel The Jurrasic Park yang pernah populer di layar lebar. Seorang Profesor dari Universitas Kyoto menyampaikan penelitiannya kepada The Telegraph beberapa hari lalu.
Mammoth Bisa Terlahir Kembali Dalam Empat Tahun
Berkat Teknologi Kloning, Si Raksasa Berbulu ini bisa dihidupkan hanya dalam empat tahun.
Sebelumnya pada 1990-an, usaha untuk memulihkan inti dalam sel-sel kulit dan jaringan otot mammoth yang ditemukan di permafrost Siberia gagal karena rusak terlalu parah akibat suhu dingin yang ekstrim.
Teknik Kloning yang dipelopori oleh Dr Teruhiko Wakayama, di Pusat Pengembangan Biologi Riken, Jepang pada tahun 2008 berhasil mengkloning seekor tikus dari sel-sel tikus yang telah dibekukan selama 16 tahun.
Saat ini semua rintangan telah diatasi, Akira Iritani, seorang Profesor di Universitas Kyoto, mulai mengaktifkan kampanye untuk menghidupkan kembali spesies yang sudah punah 5.000 tahun yang lalu.
"Sekarang masalah teknis telah diatasi, semua yang kita butuhkan adalah sebuah sampel yang baik dari jaringan lunak mammoth yang beku," katanya kepada The Daily Telegraph.
Dia berniat untuk menggunakan teknik Dr. Wakayama untuk mengidentifikasi inti dari sel-sel Mammoth yang layak sebelum mengekstrak salah satu sel yang sehat.
Kloning, Kilas Balik 1998
Pada bulan Juli 1998, Laboratorium Yanagimachi berhasil melakukan kloning pada tikus dari sel tikus dewasa. Honolulu Teknik, begitu mereka menamai cara mereka melakukan kloning. Saat itu labor mereka berada di Honolulu, Hawaii.
Tikus Kloning ini diberi nama Cumulina, sesuai dengan inti sel-sel kumulus yang digunakan untuk meng-klon-nya. Pada saat publikasi, lebih dari lima puluh tikus kloning mencakup tiga generasi telah dihasilkan melalui teknik ini.
Pekerjaan ini dilakukan oleh tim peneliti internasional yang dijuluki "Tim Yanagimachi" atau "Tim Yana" singkatnya. Termasuk didalamnya Teruhiko "Teru" Wakayama (Jepang), Anthony "Tony" Perry (Inggris), Maurizio Zuccotti (Italia), dan KR Johnson (Amerika Serikat).
Laboratorium Yanagimachi dipindahkan dari gudang yang telah digunakan selama lebih dari tiga puluh tahun ke Institut baru khusus untuk Penelitian Biogenesis di salah satu menara gedung Biomedis John A. Burns School of Medicine.
The Honolulu Technique was developed by Dr. Teruhiko Wakayama at the University of Hawaii. In this method, the nucleus from a somatic cell is removed and injected into an egg that has had its nucleus removed. The egg is bathed in a chemical solution and cultured. The developing embryo is then implanted into a surrogate and allowed to develop.
Laboratorium Yanagimachi terus membuat kemajuan dalam bidang kloning. Hewan jantan pertama yang berhasil dikloning dari sel dewasa diumumkan pada tahun 1999. Pada tahun 2004 laboratorium berpartisipasi dalam kloning tikus jantan mandul. Langkah awal ini digunakan untuk penelitian ketidaksuburan pada manusia. Teknik Honolulu memiliki tingkat keberhasilan dan akurasi lebih tinggi dibanding dengan Teknik Fusi pada Domba Dolly.
Teknik ini bisa digunakan untuk penelitian mengatasi berbagai penyakit pada manusia seperti AIDS, diabetes, kanker dan multiple sceloris.
Tikus hasil kloning dengan teknik Honolulu saat ini masih dipajang di Museum Bishop Honolulu, Hawaii, dan Museum of Science and Industry di Chicago, Illinois.
0 comments:
Post a Comment